Apa itu Tauhid?
Tauhid | SangMurid, Aug 16 2020
عِلْمُ التَّوْحِيْدِ عِلْمٌ يُقْتَدَرُ بِهِ عَلَى إِثْبَاتِ الْعَقَائِدِ الدِّيْنِيَّةِ مِنْ أَدِلَّتِهَا الْيَقِيْنِيَّة
Ilmu Tauhid adalah ilmu yang dapat memperkokoh ‘aqidah-‘aqidah agama dengan dalil-dalil yang pasti. (Al-Bajuri, Tuhfatul Murid, hlm. 38)
Disebut IImu Tauhid karna di dalamnya membahas tentang ke-esaan Allah dan pembuktiannya. Kadangkala Ilmu ini disebut Ilmu Ushuluddin, oleh karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang pokok-pokok keyakinan dalam agama Islam. Ilmu ini juga dinamakan Ilmu Kalam, karena di dalam menjelaskan dan membuktikan ke-esaan Tuhan itu, memerlukan pembicaraan yang benar.
Pentingkah Belajar Ilmu Tauhid?
Belajar Ilmu Tauhid adalah sangat penting karena ilmu ini merupakan pondasi bagi keberagamaan seseorang dan benteng yang kokoh untuk memelihara ‘aqidah Muslim dari berbagai bentuk kesesatan. Kita seringkali mendengar terjadinya berbagai penyimpangan berfikir, berkata maupun bertindak. Hal itu terjadi karena jauhnya pemahaman yang benar tentang dasar-dasar ‘aqidah Islam yang benar.
Prinsip-prinsip ‘aqidah ketauhidan adalah ajaran yang dibawa oleh para utusan Allah sejak zaman dahulu. Dan wajib untuk diyakini oleh setiap Muslim, sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku”. Qs: al-Anbiya’ : 25.
Telah dimaklumi dalam ajaran agama, bahwa semua amal saleh yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh ketulusan hanya akan diterima oleh Allah SWT apabila didasari dengan ‘aqidah Islam yang benar yang menjadi bahasan Ilmu Tauhid ini. Karena penyimpangan dari ‘aqidah yang benar berarti penyimpangan dari keimanan yang murni kepada Allah. Dan penyimpangan dari keimanan adalah bentuk kekufuran kepada Allah SWT. Sedangkan Allah SWT tidak akan menerima amal baik yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman, berapa pun banyaknya amal yang dia kerjakan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Barangsiapa yang murtad di antar kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman, maka amal mereka itu sia-sia di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, kekal di dalamnya.” (QS. al-Bagarah: 217).
Apakah arti Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah? Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah terbentuk dari tiga kata.
1. Ahl, berarti keluarga, golongan atau pengikut.
2. As-Sunnah, yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah, baik berupa perbuatan, ucapan maupun pengakuan Rasulullah.
3. Al-Jama’ah, yakni apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah pada masa kekhalifan sahabat Abu Bakar ra, Umar bin al-Khatthab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra).
Pada hakikatnya ajaran Nabi tentang ‘aqidah itu sudah disebutkan dalam al-Quran dan as-Sunnah. Akan tetapi masih belum tersusun secara sistematis.
Baru pada masa Imam Abul Hasan al-Asy’ari yang lahir di Bashra tahun 260 H dan wafat pada tahun 324 H, juga Imam Abu Mansur al-Maturidi yang lahir di Maturid, Samarkand, Uzbekistan, dan wafat pada tahun 333 H, Ilmu Tauhid dirumuskan secara sistematis dengan tujuan agar mudah dipahami oleh kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Karena itulah panyebutan Ahlussunnah wal Jama’ah selalu dikaitkan dengan kedua ulama besar tersebut.
Sumber: dinulqoyim.com