Kisah Nabi Hud Alaihissalam, Contoh Sempurna Iman dan Tawakal dalam Diri Manusia
Para Nabi | SangMurid, Aug 16 2020
Salah satu nabi yang wajib umat Islam ketahui adalah Nabi Hud Alaihissalam. Kisah Nabi Hud Alaihissalam tidak kalah menarik dari kisah-kisah nabi lainnya. Dari kisah Nabi Hud Alaihissalam, kita sebagai umat islam bisa mengambil hikmah untuk semakin yakin dengan Allah SWT.
Pada awalnya, setelah peristiwa banjir besar yang melanda kaum Nabi Nuh Alaihissalam, beliau masih hidup untuk beberapa tahun sebelum akhirnya meninggal dunia. Kemudian manusia kembali berkembang semakin banyak dari keturunan Nabi Nuh Alaihissalam.
Nuh Alaihissalam memiliki 4 anak, yang bernama Ham, Sem, Yafet, dan Yam (Kan’an). Karena satu anak Nabi Nuh alaihissalam, yaitu Yam atau Kan’an meninggal akibat tidak mau beriman kepada ayahnya, maka tersisa 3 orang anak. 3 orang inilah yang akhirnya memiliki keturunan di seluruh dunia ini.
Kaum Ad
Ham dikatakan memiliki keturunan suku Qibti di Mesir dan beberapa suku di Afrika. Sem memiliki keturunan orang Persia, Arab, dan Romawi. Sedangkan Yafet memiliki keturunan orang-orang Turki dan Shaqalibah. Dikatakan bahwa Sem bin Nuh memiliki keturunan dari bangsa Arab yaitu Iram. Iram ini disebutkan Al-Qur’an dalam surat Al-Fajr, memiliki bangunan yang belum pernah dibangun di negeri lain,
“(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi (7),yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain (8),” (Q.S Al-Fajr: 7-8).
Iram inilah yang memiliki keturunan Kaum ‘Ad, kaumnya Nabi Hud alaihissalam. Kaum ‘Ad sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Kaum ‘Ad keturunan Iram dan satu lagi Kaum Tsamud, yaitu kaumnya Nabi Sholeh alaihissalam. Kaum ‘Ad tinggal di daerah yang bernama Ahqaf, yang akhirnya menjadi salah satu nama surat di dalam Al-Qur’an. Ahqaf adalah pegunungan dari bebatuan. Letaknya berada di antara Yaman, Oman, dan Hadramaut.
Kaum ‘Ad disebutkan adalah kaum dari bangsa Arab yang pertama kali menyembah berhala dan yang pertama kali dari keturunan Nabi Nuh alaihissalam yang menyembah berhala. Berhala yang mereka sembah ada tiga, yaitu Shada, Shamud, dan Haba. Kaum ‘Ad memiliki perawakan yang besar dan kuat, di mana mereka dapat mengukir dan membuat bebatuan gunung menjadi tempat tinggal mereka. Bahkan dikatakan ukuran tubuh mereka lebih besar dari kaum sebelumnya.
Mereka juga diberkahi dengan kecerdasan dan kekayaan alam yang melimpah. Namun, yang kurang dari mereka adalah rasa syukur kepada Allah SWT. Bahkan mereka juga berani berlaku sombong dan syirik kepada Allah SWT.
Diutusnya Nabi Hud Alaihissalam
Akhirnya Allah SWT mengutus salah seorang dari kaum tersebut untuk meluruskan kembali iman mereka. Diutuslah Nabi Hud Alaihissalam oleh Allah SWT untuk membawa pesan kenabian dan mengajak mereka untuk kembali menyembah hanya kepada Allah SWT.
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaum-ku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Kamu hanyalah mengada-ada’.” (Q.S Hud: 50).
Usaha Nabi Hud Alaihissalam dalam berdakwah kepada kaumnya juga tergambarkan dalam ayat berikut:
“Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sungguh, aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku tidak meminta imbalan kepadamu atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Tuhan seluruh alam. Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati, dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku,” (Q.S Asy-Syu’ara: 124-131).
Namun, ajakan Nabi Hud alaihissalam tidak direspon dengan baik oleh kaumnya. Nabi Hud alaihissalam justru mendapatkan dilecehkan, diejek, dan bahkan mendapat ancaman dari kaumnya sendiri. Mereka menjawab dakwah Nabi Hud alaihissalam dengan ejekan.
“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta" (Q.S Al A’raf: 66)
Tapi Nabi Hud alaihissalam menerima ejekan itu dengan sabar dan menjawab:
Hud berkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu." (Q.S Al A’raf: 67-68).
Nabi Hud Alaihissalam terus berdakwah mencoba menyadarkan kaumnya agar kembali beriman. Namun bertahun-tahun melakukan dakwah, hanya sedikit saja dari Kaum ‘Ad yang mau mengikuti ajaran Nabi Hud Alaihissalam. Kaum ‘Ad justru semakin tersesat dengan harta dan kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada mereka. Namun, Nabi Hud Alaihissalam juga tidak menyerah dan terus berusaha mengajak Kaum ‘Ad untuk kembali beriman kepada Allah SWT.
Usaha Nabi Hud Alaihissalam bukannya menyadarkan mereka, Kaum ‘Ad justru membalasnya dengan melakukan kekerasan kepada pengikut Nabi Hud Alaihissalam. Bahkan Kaum ‘Ad yang memiliki badan besar dan kuat sampai mengancam akan mencelakai Nabi Hud Alaihissalam dan diancam bahwa Nabi Hud alaihissalam akan tertimpa musibah.
Mukjizat Nabi Hud Alaihissalam
Sebagian ulama berkata bahwa Nabi Hud Alaihissalam, memiliki mukjizat berupa sifat tawakal yang luar biasa. Beliau diancam oleh kaumnya sendiri, yang memiliki perawakan yang besar dan kekar, serta juga diancam akan ditimpakan bahaya oleh sesembahan mereka.
“Kaum 'Ad berkata: "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu (54)..." (Q.S Hud: 53-54).
Namun, tidak ada terlihat sedikit pun rasa takut dalam diri Nabi Hud Alaihissalam setelah menerima ancaman tersebut. Ini karena kuatnya iman dan tawakal yang ada pada diri Nabi Hud Alaihissalam kepada Allah SWT.
“… Hud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu" (Q.S Hud: 54-56).
Tanda Azab Allah SWT
Kaum ‘Ad terus mengejek dan mengancam Nabi Hud Alaihissalam. Bahkan mereka menantang dengan meminta untuk segera mendatangkan azab kepada mereka.
“Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Q.S Al A’raf: 70).
Mendengar jawaban mereka Nabi Hud Alaihissalam menjawab,
“… Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu.” (Q.S Al A’raf: 71).
Kemudian tanda-tanda datangnya azab Allah SWT mulai bermunculan. Diawali dengan kemarau panjang yang ditimpakan kepada mereka sehingga membuat banyak kerugian bagi Kaum ‘Ad. Kekeringan terjadi di mana-mana, mereka mengalami gagal panen, dan sumber air mereka mulai menipis.
Di tengah-tengah musibah yang melanda Kaum ‘Ad, Nabi Hud Alaihissalam kembali memperingatkan mereka untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa". (Q.S Hud: 52).
Namun, bukannya sadar, Kaum ‘Ad justru menuduh apa yang mereka alami adalah perbuatan sihir yang dilakukan oleh Nabi Hud alaihissalam. Bahkan ketika Nabi Hud alaihissalam memperingatkan ancaman Allah SWT yang akan datang, dirinya malah ditertawakan oleh kaumnya.
Azab Berupa Angin
Ketika Kaum ‘Ad sudah tidak tahan lagi dengan kemarau yang melanda negeri mereka, dan mengirim beberapa utusan untuk meminta air hujan di tanah Haram. Para utusan tersebut dipimpin oleh seseorang bernama Qil bin Anzah.
Dikisahkan ketika dalam perjalanan, Qil bin Anzah melihat ada tiga gumpalan mendung yang tebal di langit dengan warna yang berbeda-beda, yaitu putih, merah, dan hitam. Kemudian muncul suara dari langit:
“Pilihlah untukmu atau untuk kaummu salah satu dari ketiga mendung tersebut!”
Kemudian Qil bin Anzah pun memilih mendung yang berwarna hitam, karena dirinya menganggap bahwa di dalam mendung tersebut banyak mengandung air. Melihat datangnya awan mendung yang hitam, masyarakat Kaum ‘Ad merasa senang karena mereka berpikir akan segera mendapatkan siraman air hujan. Mereka mengira mendung tersebut akan membawa kebaikan kepada mereka dan kepada lingkungan mereka. Padahal itulah azab yang sebelumnya pernah mereka minta untuk disegerakan.
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,” (Q.S Al-Ahqaf: 24).
Ketika Kaum ‘Ad menunggu turunnya air hujan, angin yang keluar dari mendung tersebut bertiup semakin kencang. Angin tersebut adalah angin kencang yang sangat dingin tanpa membawa tetesan air sedikitpun. Angin yang keluar terus bertiup kencang selama tujuh hari delapan malam tanpa henti. Angin tersebut akhirnya membinasakan seluruh Kaum ‘Ad pada saat itu.
“yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka (Kaum ‘Ad) tidak ada yang kelihatan lagi (di bumi) kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (Q.S Al-Ahqaf: 25).
Kehancuran Kaum ‘Ad dan kota yang mereka banggakan juga dijelaskan dalam ayat berikut:
“Adapun kaum 'Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (Q.S Al-Haqqah: 6-7).
Adapun Nabi Hud Alaihissalam beserta pengikutnya diselamatkan oleh Allah SWT:
“Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami, dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raaf: 72)
Mereka kemudian keluar dari wilayah Iram menuju tempat lain. Setelah peristiwa yang menimpa Kaum ‘Ad, Nabi Hud Alaihissalam hidup di tempat baru dan dikatakan meninggal di usia 472 tahun. Makam Nabi Hud A.S berada di daerah yang bernama Syi’b Hud, yang berupa lembah kecil di antara Yaman dan Oman. Hingga saat ini makam Nabi Hud alaihissalam masih ramai dikunjungi oleh para peziarah.
Hikmah dari Kisah Nabi Hud Alaihissalam
Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Hud alaihissalam antara lain:
Sumber: merdeka.com