Nabi Adam Alaihissalam, Manusia Pertama di Dunia
Para Nabi | SangMurid, Aug 16 2020
Allah SWT menciptakan Nabi Adam Alaihissalam dengan mengatakan di hadapan para malaikat mengenai penciptaannya sebagai khalifah untuk leluhur manusia dan keturunannya yang akan memakmurkan dan mensejahterakan dunia. Namun, para malaikat penasaran dengan Nabi Adam Alaihissalam karena mereka merasa dengan penciptaan makhluk sempurna itu disebabkan kelalaian para malaikat.
Nabi Adam Alaihissalam diciptakan Allah SWT dengan roh yang ditiupkan langsung oleh-Nya. Berbeda dengan malaikat, Nabi Adam Alaihissalam dibekali akal yang membuatnya bisa mempelajari, mengamati dan memahami berbagai macam. Kelebihan inilah yang kemudian membuat para malaikat mengakui keistimewaan yang diberikan pada Nabi Adam Alaihissalam dari Sang Maha Pencipta.
Nabi Adam Alaihissalam diciptakan dari tanah, setelah mati maka Adam Alaihissalam dan anak cucunya juga akan dikuburkan di tanah. Ketika tubuh Adam Alaihissalam telah terbentuk dengan sempurna dan ditupkan roh, para malaikat diperintahkan untuk bersujud padanya. Namun para iblis dengan sombong menolak untuk sujud karena menganggap dirinya lebih tinggi dengan terbuat dari api dibandingkan tanah.
Nabi Adam Alaihissalam yang hanya sendirian merasa kesepian, maka Allah SWT menciptakan Hawa sebagai pendampingnya. Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk sebelah kiri Adam Alaihissalam yang diambil saat dia sedang terlelap tidur. Kemudian, Nabi Adam Alaihissalam dan Hawa dinikahkan untuk menjadi sepasang suami istri.
Wahai bani Adam, ini adalah tuntunan bagi orang yang mati di antara kalian.
Keduanya hidup bahagia di surga dengan segala nikmat dan cukup atas kebutuhannya. Tetapi mereka diberi satu larangan yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh mendekati pohon terlarang dan memakan buahnya (huldi). Karena Iblis telah mendeklarasikan diri untuk membangkang maka dendamnya kepada Adam Alaihissalam semakin besar.
Setelah berulang kali gagal menggoda Adam Alaihissalam, Iblis kemudian mencoba menggoda melalui Hawa hingga akhirnya berhasil untuk mendekat dan memakan buah huldi. Belum selesai menelan buah tersebut, Adam Alaihissalam dan Hawa mendapat murka Allah SWT yang membuatnya sadar dan menangis sambil memanjatkan doa dan ampunan.
Karena perbuatannya itu Nabi Adam Alaihissalam dan Hawa harus dipindahkan dari surga ke bumi dan mengemban tugas sebagai khalifah. Setiap langkahnya, iblis dan keturunannya selalu berusaha untuk menyesatkan dengan berbagai cara.
Dalam sebuah kisah, ketika diturunkan ke bumi, Nabi Adam Alaihissalam diturunkan di Hindustan sementara Hawa di Jeddah, Saudi Arabia.
Dengan izin Allah SWT, mereka dipertemukan kembali di Jabal Rahmah daerah Arafah. Maka pertemuan setelah perjuangan yang amat panjang menjadi hal yang sangat membahagiakan, sehingga mereka menjalani hidup bersama dengan amat bahagia.
Nabi Adam Alaihissalam dan Siti Hawa akhirnya diberkahi keturunan. Siti Hawa selalu melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan. Pada kelahiran pertama anak mereka bernama Qabil dan Iklima, kemudian kelahiran kedua yakni bernama Habil dan Labuda. Ketika anak Nabi Adam Alaihissalam dan Siti Hawa mulai beranjak dewasa, karakter merekapun berbeda-beda satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu, Qabil memiliki sifat yang cenderung kasar dan Habil memiliki sikap lebih santun. Iklima menjadi remaja yang cantik dan Labuda biasa-biasa saja saja. Anak-anaknya memiliki tugas masing-masing untuk membantu urusan rumah tangga dan pekerjaan. Dengan semakin bertambahnya kedewasaan keempat anak Adam Alaihissalam dan Siti Hawa tersebut, mulai terlihat saling memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.
Allah SWT memberikan petunjuk, anak mereka harus segera dinikahkan dengan aturan mereka tidak boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya sendiri. Artinya Qabil akan menikahi Labuda dan Habil akan menikahi Iklima. Setelah hal tersebut disampaikan Adam Alaihissalam pada anak-anaknya dengan penegasan tidak boleh ada pihak yang menolak. Ternyata Qabil menolak dan menyatakan ingin menikahi Iklima yang cantik padahal kembarannya sendiri.
Maka untuk menengahi perselisihan tersebut, Adam Alaihissalam memberi solusi kepada mereka untuk berkurban. Kemudian siapa yang kurbannya diterima maka dialah yang berhak menikahi Iklima. Nabi Adam Alaihissalam berpikiran bahwa masalah jodoh ini akan lebih baik jika tawakkal dan berserah diri kepada Allah SWT.
Ternyata kurban Habil diterima dan otomatis berhak menikahi Iklima, namun Qabil tetap tidak dapat menerimanya. Setan kemudian melancarkan bisikannya untuk menimbulkan rasa iri dan dengki pada Qabil. Atas rayuan setan, Qabil diberikan contoh untuk membunuh Habil dengan cara seperti memukul kepala burung menggunakan batu.
Qabil akhirnya benar-benar menghantamkan batu besar ke kepala Habil hingga Habil pun meninggal. Qabil pun belajar dari burung gagak bagaimana caranya menguburkan mayat Habil di dalam tanah. Dalam kisah tersebut menjadi pelajaran besar bagi Nabi Adam Alaihissalam untuk mengajari kebaikan kepada anak-anaknya dan menjauhi perbuatan buruk.
Dikisahkan, saat mendekati akhir hidup, Nabi Adam Alaihissalam meminta pada anak-anaknya mencarikan buah surga. Anak-anaknya pun mencari ke sana dan ke mari seharian, namun sayang, buah tersebut tak kunjung ditemukan. Di perjalanan, mereka bertemu malaikat yang menyamar menjadi orang yang membawa kain, wewangian, dan sekop.
Ia mengatakan pada mereka sebaiknya mereka pulang, karena ajal ayahnya sudah dekat. Mereka pun pulang, sambil diikuti orang asing tadi. Adam Alaihissalam dan Siti Hawa yang sebelumnya pernah tinggal di surga, mengenali sosok orang asing tersebut. Ia adalah malaikat maut yang bertugas mengambil nyawa Adam Alaihissalam.
Setelah mencabut nyawa manusia pertama tersebut, ia lalu memandikan, mengkafani, dan memberi wewangian pada jenazah. Ia lalu menggali tanah, meletakkan jenazah di dalam lubang itu, lalu menumpukkan batu pada makam Nabi Adam Alaihissalam.
Dan sebelum pergi, malaikat itu berpesan, “Wahai bani Adam, ini adalah tuntunan bagi orang yang mati di antara kalian.”
Adam Alaihissalam, menurut sebagian riwayat, ia hidup hingga berusia 1.000 tahun. Riwayat lain menyebutkan usianya antara 950-1.000 tahun. Jarak antara Adam Alaihissalam dan Nuh Alaihissalam juga 1000 tahun atau 10 abad.
Demikian keterangan Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa an-Nihayah. Ibnu Katsir menjelaskan, ada seseorang bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah Adam seorang nabi?” Rasul SAW menjawab, “Ya, Nabi yang diberikan wahyu.” Orang itu kembali bertanya, “Berapa lama rentang waktu antara Adam dan Nuh?” Nabi SAW menjawab, “Sepuluh abad.” (HR Muslim).
Sumber: tagar.id